Kapur Sirih

Assalamualaikum wr. wb.
Sebuah tanggungjawab yang besar, adalah memerintah sebuah Pemerintahan. Kota Tangerang yang saat ini telah menjadi konsentrasi pengembangan berbagai kegiatan perekonomian kota dengan masyarakatnya yang multi-etnis dan daya tarik investasi yang dipengaruhi oleh aksesbilitas serta koneksibiltas secara nasional dan internasional. Adalah suatu tugas yang sangat berat, karena sama sekali tidak memandang ini sebagai kekuasaan, namun sebagai amanah Allah SWT yang harus dipertanggungjawabkan di hari akhir.
Rasululullah SAW, pernah bersabda : “ aku tidak terlalu takut terhadap rakyat yang bodoh karena yang menakutkan adalah pemimpin yang sesat “. Sabda ini menggambarkan betapa kepemimpinan memiliki makna yang sangat strategis bagi terciptanya peradaban manusia/masyarakat. Jadi, baik buruknya sebuah Pemerintahan–masyarakat bergantung bagaimana kualitas orang yang mengelola Kota ini, yakni para “ abdi dalem “ Pemerintahan (birokrat). Lebih sempit lagi dapat dikatakan baik buruknya sebuah pemerintahan bergantung pada kualitas para pemimpinnya, baik kualitas pemikiran (nalar) maupun kualitas spiritual-rohani.
Hadirnya profil ini, insya Allah merupakan bukti untuk melakukan amar ma’ruf nahy munkar. Profil ini bukan sesuatu yang harus dibanggakan di hadapan Allah yang Mahatahu. Betapa bodohnya kami dihadapan Allah yang Maha-alim; betapapun lemahnya kami dihadapan Allah yang Mahakuat; betapapun kecilnya kami di hadapan Allah yang Maha-besar, kami tetap berkeinginan untuk memberi sumbangsih pemikiran, sebagai wujud syukur atas nikmat pendengaran, penglihatan dan pemahaman yang telah dianugerahkan oleh-Nya kepada kami.
Boleh jadi tidak ada sesuatu yang istimewa dalam profil ini, karena profil ini hanyalah lilin-lilin kecil dalam kegelapan yang menyeruak sedemikian luas. Tentunya, kami berharap lilin-lilin kecil ini mampu menerangi keadaan yang gelapnya semakin pekat sehingga sulit mengidentifikasikan jalan kebenaran dan kebatilan.
Mudah-mudahan kehadiran profil ini menjadi ladang amal saleh pribadi untuk berkhidmat kepada pengabdian kepada Allah SWT dalam menyumbangkan sesuatu yang benar-benar berguna. Amin.

Wassalamualaikum wr. wb.

Masa Kecil Wahidin Halim

H. Wahidin Halim, lahir pada tanggal 14 Agustus 1954 di Kampung Pinang Kecamatan Cipondoh Kota Tangerang. Sebuah tempat yang jauh dari hikuk pikuk keramaian Kota. Dia adalah putra ketiga dari sembilan bersaudara. Putera pasangan H. Djiran Bahjuri dan Siti Rohana ini, bersama saudara lainnya, dibesarkan di lingkungan yang terbilang sederhana. Ayahnya berprofesi sebagai guru SD di Poris Plawad sedangkan ibunya tidak lebih dari seorang ibu rumah tangga biasa.
Ketika duduk di bangku Sekolah Dasar (SD), seusai pulang sekolah, Wahidin kecil banyak menghabiskan waktunya untuk menggembala kerbau. Rutinitas pekerjaan itu dilakukannya tanpa sedikitpun keluhan. Dia selalu riang gembira, sekalipun kerbau yang digembalakan ketempat cukup jauh. Mulai dari rumahnya di Pinang hingga ke sekitar Bandara Soekarno-Hatta, Selapajang, Rawalele ataupun Rawabokor. Di sela-sela mengembala kerbau, Wahidin bersama teman-temannya kerapkali bersenang-senang, mandi di Kali Angke yang kala itu airnya masih bening dan bersih. Selain menggembala, Wahidin kecilpun turut serta membantu orang-tuanya menjual hasil pertanian, seperti cabe yang baru dipanen dari sejumlah petani ke Pasar Anyar. “Sekitar tahun 65 dan 70-an, Ayah saya bersama tetangga, kalau panen cabe menjualnya ke pasar“, kenangnya.
Ada sebuah kenangan yang membekas di benaknya, yaitu ketika duduk di bangku SMP, dia pernah merasakan belajar sambil berdiri di ruang kelas, karena tidak ada bangku. Saking ingin mendapatkan kenyamanan dalam belajar, dia terpaksa membawa bangku milik orang-tuanya yang sudah tidak layak pakai ke sekolah. Bahkan terkadang dijumpai Wahidin terkantuk-kantuk dalam mengikuti pelajaran di sekolah, hal itu disebabkan kurang tidur, selepas dini harinya mengantar cabe ke Pasar Anyar.
Di lingkungan keluarga, Wahidin termasuk orang yang cukup dekat dengan keluarga. Salah satunya dengan Hasan Wirayudha, yang sekarang menjadi Menteri Luar Negeri RI. Semasa kecil, keduanya cukup komunikatif, baik ketika di rumah, maupun bila sedang bermain. Pernah suatu ketika, keduanya asyik memandang pesawat terbang yang melintas di atas rumahnya. Mereka berdua berlarian mengejar kemana arah pesawat pergi. Sering terlontarkan ucapan untuk minta duit dan kue, sedangkan kakaknya minta ikut naik pesawat itu. Ibunya lantas bilang “ Gua doain supaya kalian berdua kelak dapat ikut naik pesawat gratis dan dapat kue atau makanan banyak, ternyata doa itu sekarang terkabul “, kenang Wahidin.
H. Djiran Bahjuri, ayahnya, selalu menanamkan nilai-nilai kejujuran kepada anak-anaknya dalam bersikap. Hal semacam itu menjadi pelajaran berharga bagi Wahidin. Tidak dibenarkan mengambil sesuatu yang sebenarnya milik orang lain menjadi milik pribadi. Ayahnya terkadang kalau hendak mengajar ke sekolah, membawa palu dan paku. Kalau ada bangku yang rusak, ayahnya tidak segan-segan untuk memperbaiki. Kedua orang tuanya sempat berpesan, agar ilmu yang dituntut Wahidin bersaudara, nantinya dapat digunakan untuk kepentingan masyarakat luas. Jangan sampai mengambil harta negara untuk kepentingan pribadi. Mengabdi harus sepenuh hati dengan tulus ikhlas, sehingga mendatangkan manfaat dan barokah bagi semuanya. Demikian pesan orang tuanya yang hingga kini masih terngiang-ngiang di telinganya.
Dia merasa beruntung dibesarkan dalam keluarga yang demokratis. Ibunya, meski sebatas ibu rumah tangga biasa, namun cukup disiplin dan ulet dalam mendidik anak-anaknya. Kedisiplinan yang ditanamkan oleh kedua orang tuanya ternyata membuahkan hasil. Sampai sekarang kedisiplinan itu menjadi prioritas bagi Wahidin.

Keluarga

Dari hasil Perkawinan dengan gadis Jawa teman kuliah di Universitas Indonesia bernama Ninik Nur'aini yang merupakan putri dari seorang Keluarga Militer, kini telah dikaruniai 3 orang anak, yaitu :
1. Luky Winiastri
2. Nesya Sabina
3. M. Fadhelin Akbar
Pola pendidikan demokratis yang pernah didapat dari kedua orangtuanya dulu, berlanjut kepada ketiga anaknya. “Saya bersikap demokratis di keluarga, sama halnya seperti ayah saya dulu. Saya tidak mendikte mereka harus sekolah kemana, mau ke pesantren atau mau dagang, silakan saja. Yang penting niat dan caranya dalam sekolah atau dagang dilakukan secara baik“, katanya.

Pendidikan

Wahidin kecil memulai pendidikannya di SD Pinang tahun 1966, yang kala itu hanya berdinding bambu dan berlantai tanah. Wajar jika semasa itu ia tidak mengenal sepatu, layaknya anak sekolahan masa kini. Setamat SD, ia melanjutkan SMP di Ciledug tahun 1969. Baginya berjalan kaki setiap hari ke Ciledug merupakan keharusan, lantaran ayahnya tak juga mampu membelikan sepeda, bahkan sekedar sepatu sekalipun.
Selepas mengenyam pendidikan di SMA Negeri 3 Tangerang tahun 1972, dia melanjutkan studi ke Fakultas Ilmu Sosial Politik (FISIP) Universitas Indonesia (UI), jurusan Administrasi Negara dan lulus pada tahun 1982. Buku-buku pelajaran untuk jenjang kuliahnya sering disuplai dari bekas kakaknya yang sudah lebih dulu kuliah di sana (UI). Pendidikan terakhirnya S2 yang ia raih juga dari Universitas Indonesia.

Penghargaan

Penghargaan yang diperoleh sebelum memangku jabatan Walikota Tangerang dalam meniti karirnya, adalah : Wahidin kecil pernah menjadi juara pidato tingkat anak – anak di desanya dan ini adalah prestasi yang mengawali keberadaannya ditengah masyarakat.

Adapun penghargaan yang diperoleh selama memangku jabatan Walikota Tangerang, H. Wahidin Halim sejak dilantik tanggal 16 Nopember 2003, telah beberapa kali mendapatkan penghargaan, yaitu:
  1. Bidang pelayanan publik : Piala Citra Bhakti Abdi dari Presiden RI untuk pelayanan publik terbaik Tingkat Nasional tahun 2006;
  2. Bidang Pramuka : Anugerah Lencana Dharma Bhakti tahun 2007;
  3. Bidang Pendidikan : Satya Lencana Karya Pembangunan tahun 2007
  4. Bidang Pemerintahan dan Pelayanan Publik : Men’s Obsession Award tahun 2006
  5. Bidang Keuangan dan Pajak : Pengelolaan Keuangan Terbaik Se-Banten (2005-2006) dan Peringkat Terbaik Intensifikasi PBB Tingkat Provinsi Banten.
  6. Bidang Kesehatan : Citra Pelayanan Prima (Puskesmas Sukasari) dan Pelayanan Kesehatan Terbaik (Puskesmas Kedaung Wetan) tahun …..

H. Wahidin Halim

H. Wahidin Halim
Perubahan